Jalanan
Jalanan amat ramai. Bunyi klakson sana-sini, menyuarakan kemarahan. Keegoisan. Semuanya saling menghardik. Jalanan bagian kiri amat padat. Memekakan telinga. Membuat mood semakin memburuk. Memperkarakan hal sepele. Cemas dengan jarum jam.
Beda dengan jalanan bagian kanan. Begitu lenggang, hingga kendaraan bisa leluasa adu kecepatan. Seenaknya menyalip. Rem ditekan mendadak begitu angkot berhenti mendadak. Suara klakson melayang tinggi. Para pengguna jalanan kanan memang seenaknya. Menyunggingkan senyum mengejek kepada yang menggerutu di sebelah kiri. Memperkarakan hal sepele.
Di sela semua kekacauan pagi yang sudah buruk akibat polusi, seorang lelaki tampak celingukan mencari sesuatu. Namun tanpa butuh waktu lama, ia menghela napas. Kelihatannya pasrah. Ia mengusap kepalanya yang gundul pelontos dengan frustasi. Pagi yang buruk bagi semua orang.
Lelaki itu mulai menyebrang jalan sebelah kiri, menyelinap di antara kendaraan-kendaraan yang berdempet-dempet akibat tak sabaran. Begitu sudah sampai trotoar, lelaki itu celingukan lagi untuk mencari celah. Kendaraan begitu cepat melintas di jalan itu. Lelaki itu menunggu.
Seorang wanita tampak panik di sebrang. Ia menunggu dengan resah jalanan yang ada di depannya lenggang, hanya untuk ia menyebrang. Untuk menemui kekasihnya. Karena ia sudah terlambat. Ia menggigit-gigit kuku jarinya dengan resah. Decakan kecewa berulang-ulang ia kumandangkan. Sampai ia mengelus-elus rok merah muda pucatnya dengan gemas hingga licin seperti di setrika. Jika sudah begini sepertinya ia harus menggunakan zebra cross. Tapi terlalu jauh, dan akan memakan waktu jika harus berjalan. Akan membuatnya makin merasa bersalah.
Sejurus kemudian, akhirnya wanita itu menemukan celah. Baginya. Ia tak peduli dengan mobil Elmaut melaju kencang seolah ingin menandingi Valentino Rossi. Wanita itu melangkah, lari kecil-kecil karena high heels-nya. Klakson dibunyikan. Bunyinya melengking memecah kebisingan.
Lelaki itu melangkah. Gayanya sudah seperti singa menerkam mangsanya. Lelaki itu memeluk wanita dan mendorongnya menjauh. Berusaha menghindar.
Tapi tetap saja ada bunyi besi beradu dengan daging dan tulang.
Gedubrak!
***
"Diketahui korban wanita, berumur sekitar 23 tahun tewas di persimpangan jalan menuju jalan Supratman. Hal ini disebabkan karena ia terburu-buru akan bertemu dengan seseorang di sebrang jalan..."
Lelaki gundul pelontos itu menangis. Ia tak percaya bahwa pernikahannya belum diselenggarakan tapi sudah dipenggal sang maut.
Komentar
Posting Komentar