Anakku Sayang

Pria itu terlunta-lunta. Dahinya sepertinya mengerut setiap saat. Matanya memincing karena silau oleh sinar matahari. Langkahnya yang tanpa tujuan, berkeliling tanpa arah, kakinya yang usang hanya terbungkus sandal jepit butut. Ia berpakaian seadanya. Sesuatu yang paling berharga adalah, anak kecil yang selalu meringkuk dalam pelukannya.

Ketika pria itu rehat sebentar di pinggir jalan, ia sering terlihat bicara sendiri. Orang menduga ia sedang mendongeng pada anak yang digendongnya. Terkadang ia bernyanyi-nyanyi sendiri. Atau kadang ia menangis sendiri, air matanya yang menetes langsung ia usap dengan lengan kemejanya. Setelah itu, ia minta maaf, pada anaknya yang terdiam dengan kedua mata tertutup. Yang masih hanyut dalam mimpinya. Terlihat damai di pelukan ayahnya.

Pria itu menolak untuk berpindah jauh. Ia memang tak mempunyai rumah. Apa yang melekat pada tubuhnya serta anaknya, hanya itulah yang mereka punya. Selebihnya, mereka bisa tidur di mana saja, tidak makan seharian, jika ada rejeki baru mereka bisa makan. Itupun kalau ada yang baik hati memberi mereka sedikit uang.


Setiap hari begitu. Sepanjang waktu hidup pria itu hanya diisi dengan mondar-mandir di daerah yang sama, mendongeng dan bernyanyi untuk anaknya. Yang anehnya, bagi orang-orang yang setiap harinya berlalu lalang di tempat pria itu berada, mereka tak pernah melihat anak yang meringkuk dalam pelukan pria itu membuka mata. Selalu dilihat mereka sedang tertidur. Selalu. Mereka mengaku tak pernah melihat anak itu tidak dalam dekapan ayahnya hanya sekedar untuk berdiri. Atau di dalam dekapan ayahnya itu, ia membuka mata dan ikut menangis jika ayahnya tiba-tiba menangis seperti biasanya. Sama sekali tidak.
Semua orang jadi curiga.

Namun pada suatu hari, kecurigaan semua orang musnah sudah. Spekulasi negatif orang-orang terhadap anak itu sama sekali tak terbukti. Anak itu berlarian lalu tersasar entah di mana, yang untungnya ditemukan oleh salah satu staf Dinas Sosial. Anak itu berlarian mengaku mencari-cari ayahnya.

Saksi mata pun dikumpulkan. Kebanyakan dari mereka mengatakan bahkan tak pernah melihat anak itu membuka matanya. Selalu meringkuk tidur dalam pelukan ayahnya, yang sewaktu-waktu bersikap aneh itu.
Hal ini sampai dibawa ke pihak yang berwajib karena di manapun juga, ayah dari anak ini tak ditemukan. Hingga ditemukan diagnosa, ketika anak tersebut jatuh sakit dan segera dibawa ke rumah sakit. Hasilnya, sama sekali mengagetkan semua orang!

Fakta bahwa semua saksi yang bilang tak pernah satu kalipun melihat anak itu sehat dan bermain seperti teman-teman seusianya, memang benar. Anak ini pernah mati suri karena kelaparan. Selama beberapa minggu. Jadi dipastikan, ketika mati suri anak itu terus dipelukan ayahnya yang sering bercerita atau menyanyikan lagu.

Dua minggu setelah diagnosa keluar...

Ayah anak itu ditemukan Dinas Sosial di salah satu sudut kota yang jauh sekali dari tempatnya berasal. Pria itu stress berat. Ia tinggal di kolong jembatan yang kumuh dan gelap, jauh dari jangkauan siapapun. Bahkan pria itu menjerit ketika manusia lainnya menatap dirinya!


Pria itu stress berat karena anaknya tak kunjung membuka mata. Ia kira anaknya itu telah mati. Ia meninggalkan anaknya dengan lari pontang-panting seolah dikejar oleh sesuatu. Ia takkan bisa hidup tanpa anaknya. Ia tak tahu apa itu mati suri.


Komentar