[Matahari Milikku] #15. Heavy Rotation



Esoknya, begitu memasuki area sekolah aku sudah disuguhi pemandangan banyak spanduk sana-sini. Lapangan basket begitu riuh dan semarak. Dan banyak siswa yang memakai blazer biru sedang wara-wiri. Itu pasti anggota OSIS.

Aku masuk kelasku yang ternyata sudah banyak orang. Aku sengaja memelankan langkahku. Sialnya, hal itu membuatku harus bertegur sapa dengan Dicky lewat mata. Aku berusaha bersikap normal.

Tapi ternyata ia juga menyapa lewat kata. “Pagi, Nal.”

Aku tersenyum tipis. Sengatan itu membuatku sedikit bergetar. “Pagi.”

“Ini lomba buat event kota itu?” tanyaku ketika sampai pada Melody.

“Iya.”


Aku manggut-manggut. “Kelas kita ikutan event ini?”

“Ikutan.”

Cover dance?” tanyaku sedikit kaget.

“Oh, enggak. Kelas kita cuman ikutan cosplay.”

“Siapa?”

“Ada Daniel, Jeje, Sonya, Farah. Mereka aja sih. Bukannya kemarin udah diumumin di kelas? Lo ke mana aja?” tanya Melody heran, tapi pertanyaannya kemudian dijawab sendiri. Ia tersenyum maklum. “Oooh...”

Aku meringis. Saking seriusnya ngelamun soal cinta-cintaan bareng Dicky dan Mela, pengumuman semacam ini nggak masuk dalam telingaku. Atau jangan-jangan hal-hal yang berhubungan dengan pelajaran juga luput dari pandangan dan pendengaranku??

“Kayaknya hari ini nggak ada pelajaran,” sahut Dimas.

“Kelihatan, kali. Ada cover dance pasti ada musik. Nggak mungkin ada pelajaran,” jawab Willy.

“Berarti hari ini kita bebas?”

“Kayaknya.”

“OKEEE! SELAMAT PAGI SEMUA!!!” Teriak seseorang yang disambut jawaban serentak. Kelihatannya acara sudah dimulai. Seisi kelas langsung berebut keluar. Sementara kami berempat pakai acara lempar tatapan dulu baru keluar.

Yang jadi emsi acara ini ternyata Viny. Dia anak OSIS juga. Begitu sampai di pinggir lapangan, kulihat pengurus OSIS nggak lagi mondar-mandir seperti tadi. Semua sudah stand by di bagian masing-masing. Kulihat Beby–yang kata Mela sebagai ketua panitia–berdiri dekat belakang panggung sambil memegang handy talky.

“Sampai juga kita pada acara yang ditunggu-tunggu!” sambut Viny. “Seperti yang sudah kami terangkan di pamflet, acara ini digelar untuk, istilahnya memfilter teman-teman di sini untuk mewakili sekolah pada event bertema sama yang akan diadakan di kota!”

“Ada dua lomba. Pertama cosplay, yang artinya peserta memakai kostum sesuai tema. Karena temanya Jepang, dan negara matahari terbit itu terkenal dengan anime-nya, jadi cosplay kali ini adalah lomba memakai kostum anime-anime yang ada di Jepang.

“Lomba yang kedua adalah cover dance. Bisa tradisional Jepang maupun modern. Sampai pendaftaran ditutup dua hari yang lalu, ternyata kebanyakan pada milih yang modern,” Suara Viny turun namun kemudian langsung naik lagi seperti layangan yang sejenak kehilangan angin. “Tapi nggak papa, yang penting pasti seru!

“Udah nggak sabar kan ngelihat aksi teman-teman kita di event ini??”

Lapangan basket seketika ricuh.

“Oke langsung aja kita ke lomba pertama, yaitu cosplay. Peserta akan dipanggil sesuai urutan kelas, memperlihatkan kostum mereka pada para juri. Setelah semua selesai dipanggil, peserta boleh berjejer atau berkeliaran di seantero sekolah. Jadi teman-teman yang lain bisa minta foto!

“Oke, siap ya! Langsung aja kelas pertama, datang dari kelas X-1!!!”

***

Acara pemanggilan peserta cosplay di depan juri selesai dalam waktu kurang lebih satu jam. Seperti yang Viny bilang, setelahnya peserta boleh ngapain aja. Dan banyak di antara mereka memilih berjejer untuk dilihat-lihat seperti manekin dan dimintai foto.

Aku melakukan tur melihat peserta cosplay bersama Ayana dan Melody. Berikut ini beberapa peserta yang kami aja ngobrol:
1.      
Kamen Rider.

“Pasti Ghaida kan?” tanyaku sambil menunjuk pada peserta yang memakai kostum Kamen Rider.

Tanpa suara Si Kamen Rider mengangguk.

“Kemon kemon Kamen Rider!!!” kataku bersenandung dengan huruf “e” khas orang Batak, lengkap dengan gerakan hendak menangkis lawan.

Melody mencolek bahuku. “Bukannya itu lagunya Power Ranger? C’mon c’mon Power Ranger!” katanya sambil mengulangi nyanyianku.

Aku nyengir. “Fotoin gue ama Kamen Ghaida ya!”

Cklik! Cklik!

2.      Detective Conan.

“Nggak pantes banget lo jadi Detective Conan!” sahut Ayana pada temannya yang mewakili kelas XII IPS 3.

Cowok itu nyengir.

“Eh gue minta foto ya? Detective Conan kartun paporit gue!”

“Oke,” jawabnya.

“Lo punya kacamata kayak gitu lagi?” tanyaku sambil menunjuk kacamata besar yang dipakainya.

“Oh ada,” katanya merogoh saku dan menyerahkan kacamata itu padaku.

Aku memakainya lalu sok bergaya sedikit. “Gimana? Kalo gue kacamataan begini di DC mirip siapa? Jodie Saintemillion, agen FBI yang nyamar jadi guru bahasa Inggris?” kataku percaya diri.

Melody menggeleng. “Nggak! Lo lebih mirip Profesor Agasa!”

“Huahahaha!!”

Cklik! Cklik!

3.      Konan.

“Konan, satu-satunya anggota Akatsuki perempuan,” kataku dramatis pada Sonya yang memakai kostum jubah hitam bergambar awan merah khas Akatsuki, organisasi pemburu biju di serial Naruto.

Sonya tertawa. Wig biru pendeknya bergoyang-goyang. “Mau gue tunjukin jurus kertas gue?” katanya lalu memasang aksi.

Cklik! Cklik!

4.      Samurai X.

“Je, kok lo meranin tokoh cowok sih??” protes Melody pada Jeje yang sibuk bergaya.

Jeje tampil eksentrik. Dengan kostum khas Kenshin Himura, wig panjang warna merah, lengkap dengan bekas luka huruf X besar-besar di pipi.

Jeje tertawa keras. “Tapi rambutnya panjang kan? Jadi nggak masalah, huhehuhe.”

5.      Tokyo Mew Mew Alamode

Yang memerankan adalah Farah, teman sekelas kami. Dia jadi Berry Shirayuki, salah satu anggota Tokyo Mew Mew. Ia mengenakan wig panjang berwarna kuning, dan kostum rok ekor dan kuping kelinci, benar-benar khas Mew Mew Berry.

“Gimana? Mirip? Atau cantikan gue? Huehehehe.”

6.      Narto eeh Naruto maksudnya.

“Waaah Naruto!!” pekikku pada Daniel. Daniel langsung pasang pose menjanjikan. Ia mengenakan wig jabrik kuning khas Naruto, kalo Daniel yang make lebih mirip kulit buah duren yang disalahgunakan jadi topi. Tak lupa memakai ikat kepala berlogo desa Konohagakure. Kostum yang dipakai Daniel Naruto yang sudah dewasa alias Naruto Shippuden, kombinasi warna hitam-oranye. Kedua pipinya dicoreti spidol membentuk kumis kucing.

“Gue kasih komentar ya!!” kataku ceria. Daniel senyam-senyum. “Elo… elo…”

Daniel ternyata menunggu komentarku yang baunya kayaknya bakal memujinya.

“Nggak pantes jadi Naruto,” kataku dengan nada menjatuhkan, lengkap dengan ekspresi datar. Daniel juga langsung menatapku datar.

“Hahaha, becanda Niel! Poto doong.”

Cklik!

Nggak hanya itu, kami bertiga juga minta foto dengan Haru dari anime Rave. Ada Dante dari Devil May Cry. Ada team dari Tekken 5, Shigami dari Bleach, Gaara dari Naruto, ada Ultraman, ada Power Ranger merah, dan ada juga dari Hikaru no Go.

“Halo halo!!!”

Kepala kami langsung tertoleh pada sumber suara. Viny sudah tampil lagi di tengah lapangan.

“Kita langsung aja ke lomba selanjutnya ya! Yaknii… cover dance!!!”

Riuh tepuk tangan terdengar.

***

Nggak seperti di acara cosplay yang pemanggilan pesertanya urut dari mulai kelas 1 sampai kelas 3, lomba cover dance ini memakai nomor undian sebagai urutan peserta. Nyaris lebih dari setengah jam yang lalu sudah ada 3 penampilan, dua kelas 1 dan satu kelas dua.

Setelahnya Viny berkata kalau nomor urut keempat ini adalah sebagai pembuka penampilan anak-anak kelas tiga. Dari sekian kelas yang ada, cuman ada lima kelas dari kelas tiga yang menampilkan cover dance. Seperti kelasku yang cuman menampilkan cosplay.

Sesudah Viny cuap-cuap di tengah lapangan, semua anggota OSIS bersiap-siap. Di sebelah meja juri depan lapangan sebagai tempat penampilan, dipasang pita merah dan tiang-tiang setinggi pinggang orang dewasa, yang biasanya kamu lihat di bioskop saat mengantri tiket sebagai batas. Tiang-tiang itu dirangkai membentuk persegi dengan untaian pita merah sebagai pembatas. Selanjutnya terlihat dua anak OSIS cewek, menarik seorang cowok yang kelihatannya menolak apa perintah mereka. Keherananku sampai puncak begitu tahu yang ditarik ternyata Dicky.

Hanya beberapa detik kami memandangi Dicky berkelit dengan dua anak OSIS itu, akhirnya muncul orang-orang yang membuat kami penasaran. Mereka datang satu persatu dengan teratur, sepatu hak tinggi mereka menghentak-hentak.

Detik itu juga aku sudah paham maksudnya. Bahuku melemas, tapi aku menarik Ayana dan Melody untuk berdiri paling dekat dengan area dance itu. Lalu menyilangkan tangan di dada, memandang sekumpulan tikus kecil itu dengan sinis.

Ternyata itu yang Mela sebut menegaskan teritori saat kemarin aku menguping pembicaraannya. Kalau ini berlangsung secara indoor, mungkin akan ada lampu sorot untuk Dicky. Sayangnya ini di lapangan sekolah, di tengah matahari yang sedang getol-getolnya memoleskan sinar emasnya. Jadi yang disebut teritori adalah pita-pita itu, dan Mela menyuruh–atau lebih tepatnya, kayaknya menyogok–anak OSIS untuk menyeret Dicky ke dalam pita itu. Dan itu artinya, jelas Dicky yang menjadi tujuan utama persembahannya.

Sebenarnya ia niat nge-dance untuk mewakili sekolah atau apa sih??

“Mau ngapain sih Mela?” tanyaku pura-pura nggak tahu.

“Ya ikutan lomba inilah,” jawab Melody. Ia sendiri agak aneh memandang Mela dan cicit-cicitnya itu.
“Buat Dicky? Bukan buat sekolah?”

“Tuuuuh kelihatan.”

Aku menatap grup Mela dengan tidak suka. Melody dan Ayana senyam-senyum menatapku.

“Udahlah Nal. Kalau perlu, lo ikutan deh, dance ama mereka.”

Aku mendelik pada si pemilik suara, Ayana di sisi kiriku. Lalu menggeleng cepat.

Mela dan grupnya memakai seragam rok pendek di atas lutut sedikit, diameternya lebar. Di ujungnya ada renda juga bulu-bulu. Baju mereka kotak-kotak hitam putih. Sebagian ada yang memakai lengan, sementara Mela memakai baju paling ketat dan berlengan buntung, memperlihatkan pundaknya. Riasan wajah? Nggak usah tanya deh.

Cowok-cowok di sekitar panggung pada ngiler. Kulirik Dicky takut-takut. Ya ampun, dia malah santai lagi mainin ponselnya!

And... The show is begin!

Mereka semua langsung menempati posisi. Satu orang, satu stand mic. Aku curiga. Dicky sudah memasukkan ponsel ke dalam saku. Mata Mela tak henti memandangnya.

Jreng... Jreng...

One two three four!!!

UAPAAAAA???

I want you!

Telunjuk Mela jelas-jelas menunjuk Dicky.

I need you!I love you!
Di dalam benakku
Keras berbunyi irama nuchiiku
Heavy rotation!

Asli, aku kaget! Ya ampun Melaaaa, dia nekat banget!!! Dia kover dance-nya Heavy Rotation JKT48!! Dia belajar dari mana? Kenapa dia segitu beraninya? Yang paling tidak bisa kuterima, kenapa harus Dicky???

Seperti popcorn, yang meletup-letup, aaaccchhh!!!

Aku mendengus mendengar ekspresinya mengatakan “ah”. Para cowok malah bersorak seolah terpesona. Ayana dan Melody malah asyik cekikikan.

I want you!

Mela menuding Dicky lagi.

I need you!

Mela mengedipkan matanya. “Woooooowww,” dari para cowok. Dicky cengar-cengir nggak jelas.

I love you!

Mela mengecup Dicky dari jauh! Ampuuuunn Melaaaa genitnyaaaaa!!! Kali ini kata “cihuuuuuyyy” dan siulan nakal dari para cowok.

Semakin dekat jarak di antara kita
Maksimum, high tension
I want you!

Aku melongo.

I need you!

Bibirku berkedut-kedut setengah meringis, mendengus, nyengir.

I love you!

Aku megap-megap seperti ikan koi dikeluarkan dari air, kehabisan napas.

“Lho, Nal? Kinal? Lo kenapa Nal? YA AMPUN KINAL KEHABISAN NAPAS!!!” Ayana menjerit norak.

“APAA? KINAL KEHABISAN NAPAS??”

“MANA MANA? GUE MAU SUKARELA NGASIH NAPAS BUATAN!!”

Serta merta aku mendelik ke segala arah karena nggak tahu itu suara siapa. Yang pasti, cowok. Aku menyingsingkan lengan seragam. “APA LO BILANG?? SINI MAJU KALO BERANI!!!”

Mungkin seperti perasaan sekuntum
Bunga saatnya akan mekar

Entah dapet dari mana, Mela mengayunkan tubuhnya ke depan, dengan dramatis memberikan sekuntum mawar putih pada Dicky. Untung bukan mawar merah ya, dangdut dong! Dicky menerimanya, masih cengar-cengir.

“IHIIIIRRR!!!”

“MELA! MAU JUGA DONG BUNGANYA!!”

“SUIT! SUIT! CIYEEEEE!!!”

Sorakan-sorakan itu membuat Dicky salah tingkah dan Mela tersipu-sipu.

Ambooooiii...

I feel you!
I touch you!
I hold you!
Di dalam mimpiku, angan-anganku menjadi semakin besar
Oh its my imagination

I feel you!
I touch you!
I hold you!
Perasaan ini, ku sangat ingin mengutarakan padamu
Heavy rotation!

Yang selalu kudengarkan, favorite song
Seperti, lagu yang kusuka
Kuulang terus tanpa henti, twenty four hour today
Oh, baby, the only request is you!

You dengan –u yang panjang, seraya Mela lagi-lagi mengayunkan tubuhnya ke depan, kali ini untuk... mencolek dagu Dicky!

“UWAAAAA!!!”

Aku pingsan. Sialnya, Ayana yang menangkapku. “Nal? Nal lo kenapa lagi?” Ayana menepuk-nepuk pipiku. “YA AMPUN KINAL PINGSAN!!!”

“APA? KINAL PINGSAN! SINI, BIAR GUE GENDONG KE UKS!”

“SAYANG BANGET KALO CUMAN DIGENDONG SAMPE UKS! BOYONG KE RUMAH SEKALIAN!”

Dasar! Aku langsung bangkit. Nggak jadi pingsan. “APA LO? SINI AJA KALO BERANI!!”

…Rasa sayang yang terus menerus meluap
Heavy rotation
Heavy rotation...

Semuanya bertepuk tangan. Aku tepuk tangan malas-malasan. Mela ngos-ngosan sambil tersenyum bangga. Apalagi dilihatnya Dicky bertepuk tangan, memandangnya, dan tersenyum.

Wajahku mendung seketika.

Kemudian suasana sunyi. Mela masih memandangi Dicky. Kami semua memandangi mereka berdua bergantian. Pun para juri dan anggota OSIS. Menunggu. Apa tindakan Mela selanjutnya? Lebih tepatnya, apa tindakan NEKAT Mela selanjutnya? Apakah Mela akan menyatakan perasaannya pada Dicky? Tunggu cerita selengkapnya setelah yang mau lewat berikut ini, tetap di SILAT INVESTIGASI!!

Bodor.

Kukira kesunyian ini akan segera berakhir lewat tindakan Mela. Di luar dugaan, Dicky melepas pita pembatas. Dengan santai dan cuek, peduli setan dengan pandangan yang mengarah padanya, terlebih pandangan heran Mela, ia berjalan. Menujuku. Ke-pa-da-ku.

“Nal, ke kantin yuk! Laper nih!”

JEDIEEENKKK!!!

“Hah?” kataku, belum konek.

“Gue laper. Yuk ke kantin. Gue traktir deh. Gimana?”

Ya ampun. Nggak punya perasaan banget Dicky ini! Dia nggak peka, pura-pura cuek, apa emang nggak tahu sih??

Sementara aku masih terus melongo, Dicky menarik lenganku. Pergi. “Kebanyakan mikir deh!”


Mela, mulutnya terbuka lebar ngalah-ngalahin lebar terowongan. Ibarat di manga, bakal banyak garis-garis berdiri lurus di kepalanya, diikuti satu bulir besar keringat. Ya ampun Dickyyyyy!!!


@anggianab #CerbungKinalProject

Cerita Selanjutnya: [Matahari Milikku] #16. Kompetisi

Komentar